Ada sebuah ilustrasi, diceritakan karena rasa sayangnya kepada istrinya yang sedang ngidam, pulang kantor Joni mampir ke pasar untuk membelikan mangga pesanan istrinya pada seorang penjual mangga langganannya sejak lama.
Joni : “Ini mangga jenis apa, Cak?
Penjual: “Oh, itu arum manis Dik. Besar-besar, murah lagi.”
Joni : “Manis gak, Cak?”
Penjual: “Ditanggung manis Dik, kalau ndak manis uang kembali, dicoba dulu tak iya...”
Setelah mencicipi dan ternyata manis, Joni membeli dua kilo dan dibawa pulang.
Tidak berapa lama istri Joni nyerocos. “Gimana sih, Mas? Mangga kecut begini kok dibeli?”
Jonipun ikut marah dan bergegas membawa sisa mangga ke penjualnya.
Joni : “Kamu bohong, mangganya kecut semua. Kalo jualan jangan nipu dong!”
Penjual: “Sampeyan beli berapa kilo, Dik?”
Joni : “Dua kilo nih, kecut semua. Saya minta uangnya kembali seperti janjimu!”
Penjual: “Lho, sampeyan itu masih untung!”
Joni : “Di mana untungnya, ketipu kok untung.”
Penjual: “ Sampeyan dapat kecut cuma dua kilo, lha saya empat keranjang kecut semua!”
Beruntung? Kita adalah orang-orang yang beruntung sebab kita manusia yang cemar karena dosa, namun beroleh rahmat dan anugerah berupa kemerdekaan dari belenggu dosa. Kita memperoleh kemerdekaan itu secara Cuma-Cuma karena Tuhan Yesus Kristus sendirilah yang menjadi korban dengan mati di atas kayu salib.
Cobalah kita renungkan apakah kita sudah benar-benar merdeka? Apa benar kita sudah bebas dari sifat jelek, keinginan-keinginan dan hobi yang membelenggu, atau perbuatan dosa yang masih sukar ditinggalkan? Supaya kita benar-benar merdeka dan tidak terikat lagi, kita butuh kemerdekaan dan pembebasan dari Tuhan Yesus. Kunci supaya benar-benar merdeka ialah tetap di dalam Firman Tuhan, serta mengetahui kebenaran yang bersumber dari Tuhan Yesus yang adalah jalan dan kebenaran dan hidup.
Tuhan memberkati...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar